“Di balik pria yang hebat ada wanita yang kuat”. Inilah yang dikatakan orang tempo dulu. Apabila seseorang telah menjadi orang besar, atau menjadi orang yang berguna untuk orang tuanya, yang berguna untuk teman-temanya, yang berguna untuk orang di sekitar dalam hal dunia maupun akhirat, maka yang pertama kali dipandang adalah ibunya. Karena ibu sebagai pendidik Islam.
“Ibu adalah ustadzah pertama, sebelum si kecil berguru kepada ustadz besar sekali pun.”
Ibu adalah madrasah pertama anak. Dan untuk itulah diperlukan ilmu bagi seorang ibu, ibu sebagai pendidik Islam. Mulai dari hal kecil seperti melatih anak memakai pakaian sendiri, cara makan, toilet training, melatih motorik halus dan kasar mereka, semua berawal dari seorang guru berstatus ibu.
Baca juga artikel tentang : ” Pentingya Ajarkan Kejujuran Pada Anak “
Terlebih lagi ibu menjadi tempat bertanya dari berbagai pertanyaan-pertanyaan lucu anak, misalnya “Ibu, kenapa ikan kalau tidur matanya tidak merem?” Ibu berperan besar dalam menjawab pertanyaan anak untuk menjadi pedoman hidupnya “Ibu, Allah ada di mana?” “Ibu, bagaimana cara Rasul makan?” “Ibu, bagaimana cara salat?” “Ibu, aku ingin menjadi anak saleh/salehah!” Dan ketika anak-anak sudah dewasa, ibulah yang mungkin akan ditanya pertama kali oleh mereka, dan mengajarkan mengenai apa itu mimpi basah, haid, jima’, cara mandi besar, dan hal mendasar lainnya. Kecerdasan, keuletan, dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak.
Penelitian telah membuktikan bahwa setiap anak membawa kromosom X dari ibunya. Sehingga ibu yang pintar akan menuntun anaknya menjadi lebih pintar, baik dari gen yang diturunkan maupun dari cara ibu mendidik anaknya. Karena ibu yang pintar dan berbekal ilmu, akan memberikan cara yang unik dalam mendidik anak.
Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Aktsam bin Shaifi radhiallahu’anhu pernah berwasiat kepada kaumnya. Di antaranya ia mengatakan, “Aku wasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah dan menyambung tali silaturahmi. Dengan keduanya akar (keimanan) akan selalu tegak, dan cabangnya tak akan bengkok. Hati-hatilah kalian jangan sampai menikahi wanita yang dungu, karena hidup bersamanya adalah kenistaan”.
Dalam Siyar-nya, Adz Dzahabi mengisahkan dari Muhammad bin Ahmad bin Fadhal Al Balkhi, ia mendengar ayahnya mengatakan bahwa kedua mata Imam Al Bukhari sempat buta semasa kanak-kanak. Namun pada suatu malam, ibunya bermimpi bahwa ia berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Hai Ibu, sesungguhnya Allah telah berkenan mengembalikan penglihatan anakmu karena cucuran air mata dan banyaknya doa yang kau panjatkan kepada-Nya“. Maka setelah kami periksa keesokan harinya. ternyata penglihatan Al Bukhari benar-benar telah kembali.
Seorang penyair dari kitab ‘Abadud dunya wad diin’ mengungkapkan makna ini dalam bait syairnya “Anak kecil itu akan tumbuh dewasa di atas apa yang terbiasa (didapatkannya) dari orang tuanya. Sesungguhnya di atas akarnyalah pohon itu akan tumbuh”.
Baca juga info penting yang satu ini Bund : ” Artikel seputar kesehatan Ibu dan Anak Ayo Bunda ”
Jadi, seperti yang sudah jelaskan di atas ibu sebagai pendidik Islam, bahwa kecerdasan, keuletan, dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak.