Keluarga Bahagia Dengan Kesederhanaan

Keluarga bahagia yang sederhana adalah tidak berlebihan dan serakah. Sebagai manusia tentunya kita selalu merasakan ketidak cukupan dalam memperoleh sesuatu. Ketika ada yang baru dan lebih bagus, kita akan langsung tergiur dan ingin memilikinya. Tanpa berpikir mengenai penting tidaknya barang tersebut dan dibutuhkan tidaknya untuk kita miliki.

Keluarga-Bahagia-Dengan-Kesederhanaan

Kesederhanaan dalam berkeluarga telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Bagaimana beliau membina keluarga tanpa berlebih-lebihan. Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan agar menjadi keluarga bahagia hidup dengan kesederhanaan.

Baca juga : “Tips Mewujudkan Keluarga Yang Sakinah

1. Pasangan yang seiman

Pernikahan-Wajib-Seiman

Hendaklah kita mengingat terlebih dahulu tujuan dari pernikahan. Pernikahan dilakukan karena telah dianjurkan oleh Rasulullah saw. sebagai penyempurna agama. Dengan demikian, keyakinan keduanya haruslah sejalan dan sama, yaitu untuk tmenyempurnakan agama dan ibadahnya. Keluarga yang berlandaskan iman dan takwa kepada Allah akan menjadikannya berkah, sakinah mawaddah wa rohmah.

2. Menikah dengan niat ibadah

Pernikahan-Dengan-Niat-Ibadah-Menuju-Keluarga-Sakinah

Segala sesuatu yang diniatkan sebagai ibadah, in sha Allah akan membuahkan hasil yang baik. Karena apa pun yang dilakukan, akan dilakukan hanya untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk kepentingan lain. Pernikahan yang diniatkan sebagai ibadah tidak akan pernah mengenal kekecewaan dan mudah mengeluh, karena suami maupun istri tahu bahwa apa pun yang diberikan kepada mereka adalah pemberian Allah semata. Kita telah banyak menyaksikan di televisi, kini marak terjadi kasus pernikahan tersingkat di dunia. Apakah ini patut kita teladalani sebagai umat Islam? Tentu tidak. Hal tersebut sungguh tidak dianjurkan oleh agama Islam. Karena pernikahan dilakukan bukan untuk mencari sensasi, tetapi untuk mendapatkan rida dari Allah. Setiap tahun, angka perceraian terus meningkat. Itulah dampak dari pernikahan yang tidak didasari oleh ibadah.

3. Saling menerima kekurangan dan kelebihan

Keluarga-Bahagia-Menerima-Kekurangan-dan-Kelebihan-Pasangan

Sebelum kita dilahirkan ke dunia, Allah telah mencatat segalanya tentang kita pada lauhul mahfudz. Rezeki, jodoh, dan mati semuanya telah tertulis di sana, tetapi hanya Allah yang mengetahuinya. Siapakah jodoh kita? Berapa banyak materi yang akan kita dapatkan? Kapan kita akan mati? Itu semua adalah rahasia Allah yang siapa pun tidak mengetahuinya.

Setiap makhluk di dunia ini diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Setiap pasangan telah ditakdirkan oleh Allah untuk saling melengkapi. Sesuai dengan poin sebelumnya, pernikahan yang diniatkan sebagai ibadah kepada Allah, tidak akan pernah mengenal kekecewaan dan mudah mengeluh. Jadi setiap pasangan dalam keluarga bahagia tidak akan mengeluh karena kekurangan, tetapi mensyukuri setiap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki pasangannya.

4. Menerima yang dihasilkan

Kewajiban-Dalam-Rumah-Tangga

Tanggung jawab adalah hal utama dalam membina sebuah keluarga. Ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami, istri maupun anak. Suami bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan keluarganya, berupa pangan, sandang, dan papan. Tetapi apa pun yang terjadi, sekecil apa pun penghasilan sang suami untuk menghidupi keluarga, haruslah disyukuri. Allah telah memastikan rezeki yang diperoleh tidak akan tertukar dengan orang lain.
Ada seorang ibu rumah tangga yang bertanya kepada seseorang yang saleh “Saya sudah menjual rumah untuk modal berjualan, saya sudah bekerja banting tulang, suami saya pun sama, bekerja siang malam. Tetapi mengapa hasilnya segini-segini aja? Tidak ada perubahan. Saya suka bersedekah, berangkat ke pengajian, berdoa. Masih begini juga, saya sudah capek.” Ibu tersebut mengeluh dan menceritakan kisah tentang penghasilannya.

Orang saleh itu bertanya, “Apakah Ibu menyekolahkan anak Ibu?” Ibu tersebut menjawab, “iya, anak-anak Ibu sekolah.” Dengan tersenyum orang saleh tersebut berkata, “Alhamdulillah… itu lebih dari cukup Bu, Ibu dan Bapak berpenghasilan, anak-anak Ibu bersekolah. Bersyukurlah atas apa yang diberikan oleh Allah. Jika Ibu bersedekah dan mengaji, lakukanlah dengan ikhlas, karena Allah Maha tahu atas segala yang ibu kerjakan, dan Allah tidak akan lupa untuk memberikan balasan-Nya. Jika tidak di dunia, di akhirat kelak pasti Ibu mendapatkannya.” Ibu tersebut tersebut tersenyum lebar setelah mendengar penjelasan dari orang saleh tersebut.

5. Sabar dan tawakal

Sabar-dan-Tawakal-Dalam-Berumah-Tangga

Sabar dan tawakal adalah hal utama dalam segala urusan. Urusan pekerjaan, rumah tangga, dan lain-lain. Sama halnya dengan ikhtiar dan doa yang tidak dapat dipisahkan. Setelah kita melakukan pekerjaan dengan maksimal sesuai kemampuan, yang patut kita lakukan adalah bertawakal, berserah diri kepada Allah atas hasil yang akan didapatkan. Bersabar jika memang tidak sesuai harapan, dan berusaha lagi untuk mendapatkan yang lebih baik.

Baca juga : ” Tips-Tips Keluarga Islami Di AyoBunda

Keluarga bahagia dalam kesederhanaan keluarga dibangun atas dasar syukur kepada Allah dan tidak ingin berlebih-lebihan dalam suatu apa pun. Tidak memenuhi keinginan tetapi kebutuhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *